Dunia Ibarat Air


Kehidupan dunia hanyalah sementara. Orang Jawa mengatakan, “Urip ning donyo iku mung mampir ngumbe”.  Artinya, hidup di dunia cuma mampir minum. Ini menunjukkan bahwa betapa singkatknya kita menjalani hidup di dunia ini.

Berbicara tentang kehidupan dunia, banyak dalil Al- Qur’an yang menjelaskan tentang hakikat hidup di dunia. Salah satunya yaitu dalam firman Allah dalam surat Al- Kahfi ayat 45:

اضْرِبْ لَهُمْ مَثَلَ الْحَیاةِ الدُّنْیا کَماءٍ أَنْزَلْناهُ مِنَ السَّماءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَباتُ الْأَرْضِ فَأَصْبَحَ هَشیماً تَذْرُوهُ الرِّیاحُ وَ کانَ اللَّهُ عَلى‏ کُلِّ شَیْ‏ءٍ مُقْتَدِراً

Artinya: “(Hai Muhammad), berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuh-tumbuhan di muka bumi menjadi subur karenanya, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Ayat di atas menerangkan bahwa Allah SWT mengumpamakan suasana kehidupan dunia dengan segala keindahan dan kemegahannya berangsur-angsur akan lenyap. Seperti halnya keadaan air hujan yang diturunkan dari langit, sehingga menyuburkan tumbuh-tumbuhan yang menghiijau, berbunga dan berbuah. Kehijauan itu secara berangsur-angsur akan berubah menjadi kuning kering. Dan pada akhirnya tumbuhan itu gugur kerena hembusan angin.

Kondisi tersebut menunjukkan proses kehidupan mulai dari lahir, tumbuh, berkembang, layu, dan lenyap. Dari keterangan itu, dapat diambil pemahaman bahwa dunia yang kita tempati saat ini hanyalah sementara.

Imam Al- Qurtubi mempunyai pandangan terhadap dunia yang tercermin dari Surat Al- Kahfi ayat 45 dan membaginya menjadi empat poin :

Pertama, bahwa air itu tidak menetap di suatu tepat,demikian pula dengan dunia yang tidak menetap di suatu kondisi yang sama. Dari pernyataan Imam Al- Qurthubi yang pertama, dapat diambil pemahaman bahwa kehidupan dunia kapanpun bisa berubah.

Seperti halnya roda yang berputar. Ada saatnya di atas ada saatnya di bawah, ada saatnya kaya, ada saatnya miskin, ada saatnya seseorang itu mempunyai jabatan dan ada juga saatnya jabatan itu hilang. Semua bisa berubah dalam hitungan detik sekalipun, karena Allah-lah Maha Kuasa.

Poin inilah yang mengajarkan kita memahami hakikat hidup. Di mana semua pasti ada saatnya, kadang apa yang kita lakukan belum membawakan hasil. Namun percayalah semua akan datang pada waktu yang tepat. Karena ketika kita menganggap itu baik buat kita, belum tentu baik buat Allah. Tapi ketika itu baik menurut Allah, itu pasti baik buat kita, tinggal bagaimana cara kita untuk bersabar dan bersyukur dalam menjalani kehidupan ini.

Kedua, bahwa air bisa (mengalir) pergi tidak tetap, demikian pula dengan dunia yang bersifat fana dan tidak kekal. Poin kedua menunjukkan bahwa dunia tidak bersifat kekal, semua bisa pergi pada saatnya. Sebagai contoh dalam hal ini adalah kematian, kita mempunyai orang tua, teman, sahabat, saudara dan pasangan hidup kita sekalipun. Mereka yang selalu mengisi dan menghiasi kehidupan kita. Tapi perlu diingat bahwa semua ada masanya, ada saatnya mereka pergi dan pulang ke sisi-Nya.

Ketiga, bahwa air itu, tidak ada seorang pun yang masuk ke dalamnya tanpa basah, demikian pula dunia, seseorang tak akan mampu menghindari fitnah dan bahayanya. Ungkapan tersebut dapat dipahami bahwasannya tak akan ada seorang pun yang mampu terhindar dari fitnah dan bahaya. Karena ketika iblis diusir oleh Allah dari surga, mereka bejanji akan selalu menggoda manusia, supaya menjadi budaknya dan terjerumus dalah dosa.

Keempat, bahwa air itu, apabila (digunakan) secara proposional kadarnya niscaya bermanfaat dan dapat menumbuhkan (tanaman), namun apabila melebihi batas berpotensi mendatangkan bahaya yang dapat membinasakan. Demikian pula dengan dunia, (jika digunakan) secukupnya bermanfaat namun apabila mengambil lebih dapat membahayakan.

Di poin terakhir ini, dapat dipahami bahwasannya ketika kita hidup di dunia, harus bisa menakar berapa porsi yang harus kita gunakan dan dimana kita menempatkan. Karena sesuatu yang berlebihan niscaya akan membawa kemadlaratan.

Seperti halnya orang yang suka berfoya foya, membelanjakan uangnya secara berlebihan. Ia hanya akan memperoleh kesenangan pada saat itu, setelah kesenangan itu selesai, uang akan habis dan tak ada bekas yang membawa kebaikan,

Demikian penjelasan Imam Qurthubi mengenai surah al-Kahfi ayat 45. Percayalah bahwa semua ada kadarnya dan ada saatnya Kita senantiasa bersabar, bersyukur, dan ber-husnudzon kepada Allah SWT. Genggamlah dunia di tanganmu, tanamkan akhirat di hatimu dan taruhlah kematian di peluupuk matamu.

Siti Aisah 
Mahasiswi Ilmu Alquran dan Tafsir UIN Walisongo Semarang 


Lebih baru Lebih lama