Bicara Kesehatan Mental

Sudah menjadi kewajiban setiap manusia untuk selalu senantiasa menjaga kesehatan tubuh yang Tuhan berikan. Sehat sering diartikan sebagai suatu kesejahteraan fisik, mental dan sosial secara utuh. Tentunya sebagai manusia pasti akan mengalami sakit, yaitu keadaan yang tidak sempurna, baik fisik, mental maupun sosialnya. Maka baik fisik maupun mental, kedua-duanya mesti diberi stimulus pencegahan hingga pengobatan. Terutama mental yang mempengaruhi sebagian besar aktifitas dan keseharian manusia baik dalam berpikir, mengemukakan pendapat, menetapkan suatu urusan bahkan menganalisis keadaan.   

         Mungkin adagium, Mensana Incorpore Sano (di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat), banyak yang tidak relevan. Pada kenyataanya banyak orang yang secara fisik baik, namun ternyata mentalnya terganggu, misalnya saja orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Bahkan tak jarang kita lihat orang-orang yang bunuh diri disebabkan mentalnya yang rapuh padahal secara fisik sangatlah baik atau kuat. Maka, kesehatan mental menjadi sangat vital dalam menenetukan keseharian manusia dalam bersosial maupun bermasyarakat.   

         Menurut psikiater asal Amerika Karl Menninger, sehat mental (mental healt) adalah penyesuaian manusia terhadap dunia satu sama lain dengan tingkat keefektifan dan kebahagiaan maksimum. Jadi maksudnya, bukan hanya sebagai efisiensi atau perasaan puas bahkan keluesan dalam mematuhi berbagai aturan permainan dengan riang hati. Kesehatan mental meliputi kemampuan menahan diri, menunjukkan kecerdasan, berperilaku dengan menenggang perasaan orang lain serta sikap hidup yang bahagia. Itulah yang dinamakan jiwa yang sehat.   

         Banyak masyarakat yang masih belum bisa membedakan antara sikap dengan perilaku. Sikap (attitude) merupakan kecenderungan seseorang untuk merespon stimulus dalam lingkungan. Karena masih dalam bentuk kecendurungan, maka sikap masih bersifat tertutup sehingga tidak bisa dilihat secara langsung.    

         Sedangkan perilaku (behavior) adalah hasil dari suatu pen- galaman seseorang secara menyeluruh meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan. Pada dasarnya dalam memahami kesehatan mental antara sikap dan perilaku harus berjalan seimbang satu sama lain karena saling mempengaruhi. Mengingat betapa pentingnya pembahasan kesehatan mental ini, banyak cabang ilmu yang mempelajari banyak persoalan perilaku manusia. Misalnya dalam bidang kedokteran, psikologi, psikiater, pendidikan serta kesejahter- aan sosial. Kita menyadari bahwa kesehatan fisik dan mental sama-sama perlu diperhatikan. Apabila tidak ada perhatian serius dalam memandang kesehatan mental di masyarakat justru akan menjadi hambatan serta gangguan yang harus dihadapi oleh seluruh kalangan. Hambatan dan gangguan yang terjadi akan memperngaruhi kesejahteraan masyarakat yang terlibat.   

         Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan mental yaitu faktor-faktor somatogenik, psikogenil, dan sosiogenik. Faktor somatogenik yang terdiri dari neroanatomi, nerofisiologi, nerokimia, tingkat kematangan dan perkembangan organik, dan faktor-faktor pre dan perinatal. Faktor psikogenik meliputi interaksi ibu-anak yang tidak abnormal seperti tidak adanya rasa percaya, peranan ayah, sibling rivaly, intelegensi, hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat, kehilangan yang menyebabkan kecemasan, depresi, rasa malu atau salah, pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya, dan tingkat perkembangan emosi. Faktor sosiogenik yang di dalamnya terdapat kestabilan keluarga, pola mengasuh anak, keluarga dengan ekspresi emosi tinggi atau rendah, tingkat pendapatan atau ekonomi, tempat tinggal, masalah kelompok minoritas yang berprasangka, fasilitas kesehatan, pendidikan, serta kesejahteraan yang tidak memedai, pengaruh rasial dan keagamaan, dan nilai-nilai yang dijadikan pedoman.   

         Kesehatan mental merupakan sektor penting dalam mewujudkan kesehatan secara menyeluruh. Terdapat sekitar 450 juta jiwa menderita gangguan mental dan perilaku di seluruh dunia, terbanyak di India (4,5%). Satu dari empat orang menderita satu atau lebih gangguan mental selama masa hidup mereka. Gangguan mental jika tidak ditangani dengan tepat, akan bertambah parah, dan akhirnya dapat membebani keluarga, masyarakat, serta pemerintah. Perlu memperluar wawasan betapa pentingnya menjaga kesehatan mental di kalangan masyarkat. Data yang ada mengatakan bahwa penderita gangguan kesehatan mental tidaklah sedikit sehingga sudah semestinya hal tersebut menjadi sebuah perhatian dengan tersedianya penanganan atau pengobatan yang tepat.   

         Menurut Goldberg, salah satu tokoh ahli di bidang psikologi, terdapat tiga kemungkinan hubungan antara sakit secara fisik dan mental. Pertama, orang yang mengalami sakit mental yang disebabkan sakit fisiknya. Sebabnya karena kondisi fisik yang tidak sehat dan tertekan sehingga menimbulkan akibat sekunder berupa gangguan secara mental. Kedua, penderita yang mengalami sakit fisik sebenarnya masih berupa gelaja gangguan mental. Ketiga. Diantara gangguan mental dan sakit fisik saling menopang satu sama lain, artinya orang menderita secara fisik mempengaruhi gangguan mental sehingga turut memperparah keadaan penderita.   

         Kesehatan mental merupakan suatu kondisi seseorang yang terbebas dari segala macam gangguan mental.Seseorang yang sehat secara mental akan mampu mengolah segala bentuk gangguan seperti stress. Kesehatan mental dan fisik saling mempengaruhi. Namun yang perlu diperhatikan adalah gangguan kesehatan mental bukan disebabkan oleh garis keturunan. Tuntutan hidup yang menyebabkan stress itulah yang akan lebih mudah berdampak pada gangguan kesehatan yang lebih buruk.   

         Kesehatan mental merupakan sesuatu yang vital bagi manusia. Sehatnya mental dan kejiwaan seseorang maka aspek kehidupan yang lain dalam dirinya akan bekerja secara lebih maksimal. Maka dari itu diperlukan treatmen khusus untuk menjaga kesehatan mental dengan cara perbanyak kegiatan-kegiatan religius, memperdalam agama, dan berkumpul dengan orang yang membuat mental lebih baik atau nyaman. Wallahu ‘alamu bi al-shawwab.    

         Penulis : Deta Novitasari Jayanty

Lebih baru Lebih lama